Evolusi Desain Web Tanpa Coding
Era di mana setiap desain situs web memerlukan keterampilan HTML, CSS, dan PHP yang mendalam telah berakhir. Page builder visual telah merevolusi cara kerja web designer dan marketer, memungkinkan pembuatan halaman yang kompleks, responsif, dan menawan dengan metode drag-and-drop yang intuitif.
Di arena ini, dua nama besar yang mendominasi adalah Elementor dan Divi. Keduanya menawarkan kemampuan frontend editing (What You See Is What You Get – WYSIWYG) yang kuat, tetapi keduanya memiliki filosofi desain, arsitektur, dan ekosistem yang sangat berbeda. Memahami perbedaan fundamental ini adalah kunci untuk menghindari biaya tersembunyi, masalah kinerja, dan batasan alur kerja di masa depan.
Artikel ini akan membandingkan Elementor dan Divi secara mendalam, menilai mereka berdasarkan kriteria kritis: Arsitektur, Antarmuka Pengguna (UI), Fitur Inti, Performa, dan Struktur Harga.
I. Perbedaan Arsitektur: Plugin vs. Solusi All-in-One
Perbedaan terbesar antara kedua builder ini terletak pada bagaimana mereka terintegrasi dengan WordPress.
A. Elementor: Sang Plugin yang Fleksibel
Elementor adalah plugin page builder. Ini berarti Elementor dapat digunakan dengan hampir semua theme WordPress di pasaran (meskipun Hello Theme yang ringan dari Elementor sering direkomendasikan).
Fleksibilitas Theme: Anda bebas mengganti theme tanpa kehilangan konten yang dibuat di Elementor. Konten Elementor (widget) tetap utuh, meskipun tampilan globalnya akan mengikuti theme baru.
Ekosistem Add-on: Karena Elementor adalah plugin murni, ia telah menciptakan ekosistem add-on pihak ketiga (misalnya Essential Addons, Crocoblock) yang sangat besar, memperluas fungsionalitasnya jauh melampaui fitur intinya.
B. Divi: Solusi Terintegrasi (Theme + Builder)
Divi adalah produk dari Elegant Themes, yang ditawarkan sebagai paket Divi Theme yang sudah terintegrasi dengan Divi Builder. Meskipun Divi Builder dapat diinstal sebagai plugin terpisah dan digunakan dengan theme lain, performa dan integrasi terbaiknya tercapai saat digunakan bersama Divi Theme.
Pendekatan All-in-One: Divi Theme menawarkan opsi customization tema bawaan yang sangat luas, dari tipografi hingga header dan footer. Ini menyederhanakan proses karena semua pengaturan berada di satu tempat.
Keterikatan (Lock-in): Jika Anda memutuskan untuk beralih dari Divi Theme, shortcode Divi sering kali tetap tertinggal di editor WordPress Anda, yang memerlukan proses pembersihan manual yang rumit.
II. Perbandingan Pengalaman Pengguna (User Interface)
Meskipun keduanya menawarkan editing visual langsung (frontend), pengalaman penggunanya sangat berbeda.
A. Antarmuka Elementor: Panel Samping (Sidebar)
Elementor menggunakan pendekatan yang familiar bagi pengguna tool editing grafis:
Panel Kiri: Semua widget dan opsi style terletak di panel kiri (sidebar).
Live Preview: Kanvas utama menampilkan hasil secara real-time.
Navigator: Fitur Navigator Elementor sangat membantu untuk melihat dan mengelola struktur berlapis (nested structure) halaman yang kompleks.
Pendekatan Elementor cenderung lebih intuitif bagi pemula karena semua opsi terlihat jelas dan terorganisir, mengikuti alur kerja yang logis.
B. Antarmuka Divi: Editor Pop-up dan Inline
Divi mengambil pendekatan yang lebih “melayang” (floating) dan inline:
Pop-up: Opsi style dan pengaturan module muncul sebagai jendela pop-up yang dapat dipindahkan, memungkinkan tampilan full-screen kanvas.
Visual Drag-and-Drop: Divi unggul dalam inline text editing (mengedit teks langsung di halaman) dan memiliki fitur unik seperti WireFrame Mode yang memudahkan pengelolaan struktur tata letak yang kompleks.
Divi mungkin memiliki kurva belajar awal yang sedikit lebih curam tetapi disukai oleh designer profesional karena kontrol visualnya yang minimalis dan full-screen.
III. Matriks Perbandingan Fitur Kritis
| Kriteria | Elementor Pro | Divi Builder (Elegant Themes) |
| Arsitektur Utama | Plugin Page Builder (Membutuhkan Theme terpisah) | Theme & Builder All-in-One (Builder dapat dijadikan Plugin) |
| Harga (Lisensi Terbaik) | Berlangganan Tahunan (Mulai dari $$$49 – $$$399/tahun, Unlimited Sites pada paket tertinggi) | Lisensi Seumur Hidup ($$$249 *sekali bayar*), juga tersedia langganan tahunan ($$$89/tahun) |
| Jumlah Situs | Tergantung pada paket (hingga 1.000 situs) | Situs Tidak Terbatas (di semua paket berbayar) |
| Theme Builder | YA (Penuh, untuk Header, Footer, Single Post, Archive) | YA (Penuh, terintegrasi dengan Divi Theme) |
| Pop-up Builder | YA (Fitur bawaan yang kuat) | TIDAK (Memerlukan plugin Bloom atau third-party) |
| A/B Testing | TIDAK (Membutuhkan add-on) | YA (Fitur Divi Leads bawaan yang kuat) |
| Kode Output | Cenderung lebih bersih, minim shortcode. | Menghasilkan shortcode (terutama jika Divi dinonaktifkan). |
IV. Performa, Ekosistem, dan Skalabilitas
A. Performa dan Kode Output
Meskipun ada banyak perdebatan mengenai siapa yang lebih cepat, kenyataannya adalah keduanya dapat mencapai kecepatan yang sangat baik dengan optimasi yang tepat (seperti caching dan optimasi gambar).
Elementor: Menghasilkan code markup yang sedikit lebih efisien di beberapa pengujian sederhana. Fokusnya pada widget tunggal membuatnya lebih mudah dioptimalkan.
Divi: Cenderung menghasilkan lebih banyak markup wrapper dan shortcode, yang secara historis membuat kode terasa sedikit lebih berat. Namun, Divi telah banyak berinvestasi dalam pengaturan performa bawaan (Dynamic CSS, Critical CSS) untuk mengurangi bloat ini.
Kesimpulan Performa: Elementor mungkin sedikit unggul dalam raw performance tanpa plugin optimasi, tetapi Divi menawarkan built-in performance tools yang lebih komprehensif.
B. Ekosistem dan Integrasi Pihak Ketiga
Elementor: Memiliki ekosistem add-on pihak ketiga yang sangat masif dan kompetitif. Jika Anda membutuhkan fungsionalitas yang sangat spesifik (misalnya, chart dinamis, custom query tingkat lanjut), kemungkinan besar sudah ada add-on Elementor yang menyediakannya.
Divi: Meskipun Divi memiliki komunitas yang kuat, add-on pihak ketiganya lebih sedikit dibandingkan Elementor. Elegant Themes cenderung membuat tool pendukung mereka sendiri (seperti Bloom untuk Opt-in dan Monarch untuk Social Sharing), menjadikannya ekosistem yang lebih tertutup (closed ecosystem).
V. Kesimpulan: Mana yang Harus Anda Pilih?
Tidak ada pemenang mutlak; pilihan terbaik bergantung pada kebutuhan jangka panjang proyek Anda:
Pilih Elementor Jika: Anda seorang pemula yang menghargai UI yang sangat intuitif, atau Anda adalah developer yang ingin fleksibilitas untuk memilih theme yang super ringan (misalnya Hello Theme, GeneratePress) dan mengandalkan ekosistem add-on pihak ketiga yang luas untuk fungsionalitas. Cocok untuk developer yang ingin menghindari keterikatan pada satu theme tertentu.
Pilih Divi Jika: Anda adalah freelancer atau agensi yang mengelola banyak situs dan mencari nilai terbaik jangka panjang (lisensi seumur hidup) dengan kontrol desain all-in-one. Divi sangat ideal untuk designer yang menghargai konsistensi dan fitur marketing bawaan yang kuat, seperti A/B Testing tanpa perlu plugin tambahan.

